3×4

kaki kita bersilangan di atas dipan kayu yang dingin. tanpa dendam sedikitpun kepada langit yang bocor dan membasahi kasur busa.

dengan aku yang mencoba meraba teks proklamasi ketika tengah membaca buku puisi. dan kamu yang bertanya-tanya dengan bahagia: untuk apa pegawai macam kita ikut sertifikasi?

katamu, senang punya istri yang suka menulis. aku hanya mencibir karena sungguh pasti aku bukan orang pertama yang kamu beri gombal puisi.

tawa kita pun meluluhkan dinginnya suhu ruangan.

memang, hati kita bahagia tanpa berusaha terlalu banyak. dalam ruangan sempit dan banyak cela ini, cinta kita tumbuh melalui kata-kata,

tersambung dalam kalimat yang tak lekang oleh waktu.

Leave a comment